Kecoak

Kecoak

Selasa, 09 November 2010

Skripsi ku...

“Analisis CAMEL dalam Menilai Tingkat Kesehatan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Makassar.”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perbankan menempati posisi yang strategis dalam pembangunan dan perekonomian negara, karena sektor perbankan berfungsi sebagai penghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Berkaitan dengan fungsi diatas, Pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan ekonomi telah mendorong partisipasi masyarakat seluas-luasnya dalam meningkatkan jasa perbankan termasuk bagi pengusaha kecil dan masyarakat pedesaan. Salah satu cara untuk mengantisipasi meningkatnya aktivitas ekonomi pengusaha kecil dan masyarakat pedesaan adalah dengan mengembangkan kegiatan usaha jasa perbankan melalui Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum menurut yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yag dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006).
BPR merupakan salah satu lembaga keuangan yang secara umum fungsi utamanya adalah menghimpun dana langsung dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau financial intermediary (Susilo, 2000:6). Selain sebagai lembaga perantara keuangan, BPR melakukan kegiatan perbankan berdasarkan kepercayaan (agent of trust), dapat memperlancar kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi (agent of development) serta menberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat (agent of services). BPR mempunyai pangsa pasar sendiri yang cukup establish dan memiliki loyalitas tinggi, meskipun mulai banyak bank umum yang beroperasi pada penyaluran kredit dilevel usaha kecil dan mikro. Hal ini dimungkinkan karena sifat pelayanan kredit BPR yang lebih sederhana dibandingkan dengan bank umum.
Namun demikian, untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat, BPR perlu meningkatkan daya saing dan pengelolaan manajemen agar mampu bersaing dengan bank umum dan lembaga keuangan lainnya yang beroperasi dalam penyaluran kredit usaha mikro dan kecil. Bank Perkreditan Rakyat harus menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam mengelola dana dari masyarakat dengan menjaga tingkat kesehatan kinerjanya. Karena kesehatan kinerja sangat penting bagi suatu lembaga usaha. Dengan mengetahui tingkat kesehatan usaha, masyarakat dapat dengan mudah menilai kinerja tersebut.
Penilaian dapat dilakukan melalui beberapa indikator. Laporan keuangan merupakan media untuk melihat kondisi kesehatan kinerja dan kemungkinan kegagalan usaha, karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan serta dapat digunakan untuk memprediksi keberlanjutan usaha (Wilopo, 2001:4). Dengan melakukan analisis laporan keuangan maka pimpinan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial serta hasil-hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Indikator lain yang dapat digunakan adalah penilaian terhadap kualitas manajemen umum dan manajemen risiko.
Penilaian manajemen merupakan inti dari pengukuran masyarakat, apakah suatu organisasi telah dijalankan secara sehat atau sebaliknya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh BI dalam SE No.30/3/UPPB Tahun 1997 menggunakan konsep CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity) yang terdiri dari penilaian laporan keuangan dan manajemen. Peringkat CAMEL dibawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah yang ditunjukkan melalui neraca bank, seperti rasio kredit tak lancar terhadap total aktiva yang meningkat. Apabila hal tersebut tidak diatasi akan mengganggu kelangsungan usaha bank.
Dalam perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di kota Makassar baik itu yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun swasta, BPR di kota Makassar mengalami tingkat statistik yang dinamis. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 mengenai laba/rugi setelah pajak pada laporan triwulanan BPR di kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Tabel 1.1
Laba/Rugi Triwulanan Bulan Desember BPR di Kota Makassar, Sulsel
(Ribuan Rp.)
No. Nama Bank 2009 2008 2007
1. PD.BPR Kota Tk.II Ujung Pandang 37.281 60.948 (76.432)
2. PT.BPR Sulawesi Mandiri 100.567 744.491 430.262
3. PT.BPR Batara Wajo 112.601 220.159 177.123
4. PT.BPR Hasa Mitra 5.071.579 4.259.212 1.964.116
5. PT.BPR Sulawesi Danajaya 459.344 235.917 240.422
6. PT.BPR Tabungan Rakyat (90.352) (12.552) 25.752
7. PT.BPR Taruna Jujur Sakti 485 3.136 (19.480)
Sumber : Laporan Triwulan BPR kota Makassar tahun 2007-2009
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa dari 7 (tujuh) kantor BPR yang ada di Kota Makassar hanya 2 (dua) kantor BPR yang mengalami peningkatan laba rugi tahun berjalan yaitu PT. BPR Hasa Mitra dan PT BPR Sulawesi Danajaya. Sedangkan 5 (lima) kantor BPR mengalami penurunan laba pada PD.BPR Kota Tk.II Ujung Pandang, PT.BPR Sulawesi Mandiri, PT.BPR Batara Wajo, dan PT.BPR Taruna Jujur Sakti, bahkan terdapat BPR yang mengalami kerugian yaitu PT.BPR Tabungan Rakyat. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan masih tingginya tingkat kredit bermasalah yang disebabkan kurang kehati-hatian pihak manajemen beberapa BPR di Kota Makassar dalam menganalisis pemberian kredit kepada nasabah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 mengenai tingkat kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) BPR di Kota Makassar.

Tabel 1.2
Tingkat Kredit Bermasalah atau NPL BPR Kota Makassaar (bulan Desember )

No. Nama Bank 2009 (%) 2008(%) 2007(%)
1. PD.BPR Kota Tk.II Ujung Pandang 25,87 25,99 27,14
2. PT. BPR Sulawesi Mandiri 30,21 7,27 10,46
3. PT. BPR Batara Wajo 15,46 16,54 17,63
4. PT.BPR Hasa Mitra 0,02 0,15 0,22
5. PT.BPR Sulawesi Danajaya 8,39 8,33 0
6. PT.BPR Tabungan Rakyat 9,63 8,38 0
7 PT.BPR Taruna Jujur Sakti 0,85 0,47 0
Rata-Rata 12,92 9,59 7,92
Sumber : Laporan Triwulan BPR kota Makassar tahun 2007-2009
Kenyataan tersebut jelas terjadi kesenjangan dengan Teori Bunga Dinamis yang menyatakan bahwa modal yang digunakan untuk produksi akan menghasilkan laba maka sebagian laba akan diberikan kepada pemilik modal sebagai bunga modal. Diharapkan dengan adanya pemberian kredit kepada nasabah akan meningkatkan laba BPR di Kota Makassar, akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa meskipun itensitas pemberian kredit serta tabungan dari nasabah meningkat, BPR di Kota Makassar masih menghadapi beberapa kendala yaitu adanya kredit macet yang disebabkan karena pengelolaan manajemen yang kurang profesional sehingga menyebabkan laba dari BPR di Kota Makassar semakin berkurang yang akhirnya menurunkan kinerja BPR yang ada Kota Makassar
Adanya kesenjangan dan permasalahan yang muncul dilapangan, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis CAMEL dalam Menilai Tingkat Kesehatan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Makassar.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana tingkat kesehatan untuk masing-masing komponen Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity pada BPR di Kota Makassar?
2. Bagaimana perkembangan tingkat kesehatan bank pada BPR di Kota Makassar tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 secara keseluruhan jika ditinjau dari segi Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity (CAMEL), apakah mengalami peningkatan atau penurunan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan masing-masing komponen Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity pada BPR di Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat kesehatan bank pada BPR di Kota Makassar tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara keseluruhan jika ditinjau dari segi Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity (CAMEL) apakah mengalami peningkatan atau penurunan.





D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Ingin menerapkan konsep SK Dir BI No.30/12/KEP/DIR/1997dan SE BI No.30/3/UPPB mengenai Sistem penilaian kesehatan BPR pada BPR di Kota Makassar
b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis sehingga dapat memberikan pengetahuan mengenai perbankan khususnya tata cara sistem penilaian tingkat kesehatan
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi kepada pihak manajemen bank jika terjadi penyimpangan-penyimpangan sebagai peringatan awal untuk menjaga kondisi kesehatan bank.
b. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat pengguna jasa BPR di Kota Makassar agar dapat mengetahui kinerja BPR selama ini.
c. Bagi BPR di Kota Makassar, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan informasi bagi manajemen BPR di Kota Makassar mengenai kinerja BPR, sehingga dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap keberlanjutan usaha BPR dimasa yang akan datang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar